LAPORAN OBSERVASI
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGOLAHAN SAMPAH DI RUMAH
KOMPOS UNNES
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup
Dosen Pengampu Dra Nur Kusuma Dewi, M.Si.
Disusun oleh:
Kelompok 2, Rombel 48
1.
Arif Khalilu Rahman (1301413097)
2.
Fildzah Syarafina (1301413103)
3.
Gilar Haris Oktavianto (2201413068)
4.
Septiana Ika Wardani (3301413059)
5.
Utari Pangestuti (3301413106)
6.
Mentari Setiawati (4401412079)
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan observasi pendidikan
lingkungan hidup di “Rumah Kompos” UNNES. Laporan ini penulis ajukan untuk
membahas mengenai hasil observasi kami yang telah di laksanakan. Penulisan
laporan ini tidak terlepas dari peran pihak-pihak yang telah membantu. Untuk
itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1.
Dra Nur Kusuma Dewi, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup.
2.
Bapak Budi dan Kak Siswoyo yang telah menjadi narasumber dalam observasi kami.
3.
Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
penyusunan selanjutnya.
Semarang, 28 November
2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR
ISI.............................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN......................................................................... v
1.1.Latar Belakang............................................................................... v
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................... v
1.3.Tujuan............................................................................................ vi
BAB
II KAJIAN
PUSTAKA................................................................... 1
2.1. Unnes sebagai Universitas
Konservasi.......................................... 1
2.2. Upaya Konservasi.......................................................................... 2
2.3.
Sampah.......................................................................................... 3
2.4.
Composting................................................................................... 5
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 7
3.1. Metode.......................................................................................... 7
3.2. Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan..................................................... 7
3.3. Alat dan Bahan
Penelitian............................................................. 7
3.4. Prosedur Penelitian........................................................................ 7
BAB
IV
PEMBAHASAN......................................................................... 9
4.1. Rumah
Kompos............................................................................ 9
4.2. Pengolahan Sampah di Rumah
Kompos...................................... 11
BAB
V
PENUTUP.................................................................................... 14
5.1.
Kesimpulan.................................................................................. 14
5.2.
Saran........................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................. 16
LAMPIRAN........................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sampah merupakan masalah besar di Indonesia dari dahulu hingga kini. Selama
ini sampah hanya dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu. Sehingga
sampah banyak menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, sampah dapat
bernilai ekonomis apabila dikelola/diolah dengan baik. Misal, sampah plastik
dari sisa bungkus detergen dapat diolah menjadi tas, sandal dan aksesoris
lainya. Tidak hanya sampah anorganik seperti plastik namun sampah organik
seperti daun pun dapat diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis seperti
pupuk kompos misalnya.
Universitas Negeri Semarang juga
tidak terlepas dari masalah sampah. Tiap harinya UNNES banyak menghasilkan
sampah dalam jumlah besar, sampah tersebut terdiri atas sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah yang paling dominan dihasilkan adalah sampah daun
karena seperti yang kita ketahui bahwa kawasan UNNES banyak ditumbuhi pohon
rindang yang mengahasilkan sampah daun setiap harinya.
Universitas Negeri Semarang merupakan Universitas Konservasi yang memiliki
tujuh pilar konservasi salah satu diantaranya adalah waste management. Pilar tersebut diwujudkan salah satunya dengan
membangun Rumah Kompos. Untuk dapat mengetahui lebih lanjut mengenai Rumah
Kompos dan pengolahan sampahnya, maka dilakukanlah observasi ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang
dimaksud dengan “Rumah Kompos” ?
2.
Bagaimana
pengolahan sampah di “Rumah Kompos” ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui tentang
“Rumah Kompos”.
2.
Mengetahui
pengolahan sampah di “Rumah Kompos”.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 UNNES sebagai Universitas Konservasi
Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah salah satu Universitas di
indonesia yang menyandang predikat sebagai Universitas Konservasi. Konservasi
merupakan bagian dari visi Unnes yaitu Universitas Konservasi yang bertaraf
Internasional yang sehat,unggul dan sejahtera. Setelah
Unnes diresmikan sebagai Universitas Konservasi pada 12 Maret 2010 oleh Menteri
Pendidikan Nasional, Muhamad Nuh. Dengan diresmikan sebagai Universitas
konservasi oleh Menteri Pendidikan Nasional menjadi kebanggaan tersendiri bagi
seluruh warga Unnes.
Secara geografis, Unnes terletak di daerah pegunungan dengan topografi yang beragam dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) baik flora maupun fauna yang relatif tinggi. Dengan itu, kita sebagai warga Kampus UNNES harus memaksimalkan kondisi alam yang ada atau lingkungan yang dapat dikatakan dengan istilah ijo royo royo tersebut.
Jauh sebelum dideklarasikan sebagai Universitas Konservasi, Unnes sudah membiasakan diri dengan program penghijauan. Banyak ribuan batang atau lebih sudah ditanam dikampus sekaran sejak 2005. Kawasan Unnes sekarang menjadi kawasan kampus yang paling hijau setelah kampus Depok UI. Pencapaian ini bukan tanpa masalah,s ebab persoalan lingkungan tidak dapat diatasi semata-mata dengan konservasi, dalam pengertian paling luas sekalipun. Unnes menetapkan gagasan Konservasi tak terbatas, bukan hanya gerakan penghijauan yang bersifat fisik melainkan juga di bidang kebudayaan.
Dengan dideklarasi sebagai Universitas Konservasi, Unnes bertekad untuk selalu menjunjung tinggi prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan pengembangan secara lestari terhadap sumber daya alam dan budaya luhur bangsa. Unnes juga menempatkan konservasi sebagai wujud tridarma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Secara geografis, Unnes terletak di daerah pegunungan dengan topografi yang beragam dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) baik flora maupun fauna yang relatif tinggi. Dengan itu, kita sebagai warga Kampus UNNES harus memaksimalkan kondisi alam yang ada atau lingkungan yang dapat dikatakan dengan istilah ijo royo royo tersebut.
Jauh sebelum dideklarasikan sebagai Universitas Konservasi, Unnes sudah membiasakan diri dengan program penghijauan. Banyak ribuan batang atau lebih sudah ditanam dikampus sekaran sejak 2005. Kawasan Unnes sekarang menjadi kawasan kampus yang paling hijau setelah kampus Depok UI. Pencapaian ini bukan tanpa masalah,s ebab persoalan lingkungan tidak dapat diatasi semata-mata dengan konservasi, dalam pengertian paling luas sekalipun. Unnes menetapkan gagasan Konservasi tak terbatas, bukan hanya gerakan penghijauan yang bersifat fisik melainkan juga di bidang kebudayaan.
Dengan dideklarasi sebagai Universitas Konservasi, Unnes bertekad untuk selalu menjunjung tinggi prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan pengembangan secara lestari terhadap sumber daya alam dan budaya luhur bangsa. Unnes juga menempatkan konservasi sebagai wujud tridarma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
2.2 Upaya Konservasi
Upaya yang di
lakukan Universitas Negeri Semarang untuk menjadi Universitas Konservasi di
antaranya:
1. Terkait dengan Upaya Konservasi Alam:
1. Terkait dengan Upaya Konservasi Alam:
·
Membuat kebijakan
penanaman pohon (Go Green).
·
Membuat kebijakan
bebas polusi (Free Pollution) dengan Parkir Terpadunya.
·
Melakukan program
Mendaur ulang sampah (Recycle) serta membuat sampah Organik.
·
Pengembangan
Listrik Tenaga Surya di lingkungan kampus.
·
Pelestarian
Kupu-kupu dengan membuat taman kupu-kupu dll.
Tujuannya yaitu agar alam sekitar tetap terlihat hidup di tengah perkembangan zaman, dan untuk membuat lingkungan tetap terjaga tentunya serta membuat suasanya kampus menjadi Back To Nature.
Tujuannya yaitu agar alam sekitar tetap terlihat hidup di tengah perkembangan zaman, dan untuk membuat lingkungan tetap terjaga tentunya serta membuat suasanya kampus menjadi Back To Nature.
2. Terkait dengan Upaya konservasi Seni dan Budaya Universitas Negeri Semarang membuat Pagelaran Budaya:
·
Monolog Berbahasa
Jawa.
·
CongKestra/Keroncong
Orkestra.
·
Seni Tari Tradisional.
·
Sinden Idol dimana
di adakan sebuah kontes menyinden dan pesertanya pun bukan hanya mahasiswa
namun masyarakat luar dipersilahkan unjuk kebolehan.
·
Mengadakan Festival
Batik dan Jajanan tradisional.
tujuannya yaitu agar kebudayaan Indonesia tetap terjaga dan lestari untuk generasi selanjutnya pun bisa menikmati.
tujuannya yaitu agar kebudayaan Indonesia tetap terjaga dan lestari untuk generasi selanjutnya pun bisa menikmati.
3. Terkait dengan Upaya Konservasi Moral
Unnes
dengan Bidang pendidikan menyelenggarakan pendidikan yang tujuannya mendidik
dan memberi pengajaran tentang moral-moral melalui pendidikan Pancasila,
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama. Serta di bawah naungan Bidang
Pendidikan Unnes membuat organisasi Keagamaan salah satu pelaksanaanya yaitu
mentoring. Disana disediakan mentor-mentor yang terdiri dari mahasiswa senior
yang sudah berpengalan kemudian membagi ilmu kepada Adik-adik yang lebih junior
terkait dengan pengetahuan keagamaan dalam agama masing-masing.
2.3 Sampah
Permasalahan lingkungan saat ini ada di berbagai tempat. Permasalahan itu
menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, air, udara, dan suara. Pencemaran
tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran tanah misalnya,
banyaknya sampah yang tertimbun di tempat sampah. apabila tidak ditangaini
dengan baik akan menurunkan tingkat kesehatan masyarkat. Sampah adalah bahan
yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang
belum memiliki nilai ekonomi (E. Colink,996). Menurut kamus istilah lingkungan
hidup, sampah mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai,
bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian bahan rusak, barang
yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi berkelebihan, atau bahan yang
ditolak.
Menurut Slamet (1994) sampah jika ditinjau dari segi jenisnya diantaranya
yaitu:
1. Sampah yang dapat membusuk atau sampah basah (garbage).
Garbage adalah sampah yang mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme
pembusuk.
2. Sampah yang tidak membusuk atau sampah kering (refuse).
Sampah jenis ini tidak dapat didegradasikan oleh mikroorganisme, dan
penanganannya membutuhkan teknik yang khusus. Contoh sampah jenis ini adalah
ketas, plastik, dan kaca,
3. Sampah yang berupa debu atau abu. Sampah jenis ini biasanya hasil
dari proses pembakaran. Ukuran sampah ini relatif kecil yaitu kurang dari 10
mikron dan dapat memasuki saluran pernafasan.
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan Sampah jenis ini sering
disebut sampah B3, dikatakan berbahaya karena berdasarkan jumlahnya atau
konsentrasinya atau karena sifat kimiawi atau fisika atau mikrobanya dapat:
a. Meningkatkan mortalitas dan
mobilitas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversibel
ataupun sakit berat tidak dapat pulih ataupun reversibel atau yang dapat pulih.
b. Berpotensi menimbulkan
bahaya pada saat ini maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau
lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.
Sampah yang masuk dalam tipe ini tergolong sampah yang beresiko menimbulkan
keracunan baik manusia maupun fauna dan flora di lingkungan tersebut.
Sedangkan Hadiwiyono, (1983) mengelompokkan sampah berdasarkan dua
karakteristik, yaitu:
1. Kimia
a. Organik
Sampah yang mengandung senyawa organik atau sampah yang
tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan pospor.
b. Anorganik
Sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme,
jika bisapun membutuhkan waktu yang sangat lama.
2. Fisika
a. Sampah basah (garbage)
Garbage tersusun
dari sisa-sisa bahan-bahan organik yang mudah lapuk dan membusuk.
b. Sampah kering (rubbish)
Sampah kering dapat digolongkan menjadi dua kelompok
yaitu jenis logam seperti besi, seng, aluminium dan jenis non logam seperti
kertas dan kayu.
c. Sampah lembut
Sampah lembut memiliki ciri khusus yaitu berupa
partikel-partikel kecil yang ringan dan mudah terbawa oleh angin.
d. Sampah besar (bulkywaste)
Sampah jenis ini memiliki ukuran yang relatif lebih
besar, contohnya sampah bekas mesin kendaraan.
e. Sampah berbahaya (hazardous waste)
Sampah jenis ini terdiri dari
sampah patogen (biasanya sampah jenis ini berasal dari kegiatan medis), sampah
beracun (contoh sampah sisa pestisida, isektisida, obat-obatan, sterofom),
sampah ledakan, misiu, sisa bom dan lain-lain, serta sampah radioaktif dan
bahan-bahan nuklir.
Berdasarkan sifat pokoknya, sampah dibagi menjadi dua yaitu :
1. Degradabel yaitu
sampah yang mudah diuraikan oleh jasad hidup atau mikroorganisme.
2. Non degradabel adalah
sampah secara alami sukar diuraikan.
2.4 Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh
kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan
berupa kompos atau pupuk hijau. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos:
1. Pemisahan benda-benda yang
tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya.
2. Penghancuran sampah menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm)
3. Penyampuran sampah dengan
memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N=1:30)
4. Penempatan sampah dalam
galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi
proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4-5
kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
Informasi didapatkan melalui
metode:
1.
Wawancara
(Interview)
Observasi ini dilakukan dengan cara wawancara
(interview). Penulis mengajukan pertanyaan kepada pengelola Rumah Kompos
terkait dengan pengelolaan sampah yang dilakukan di Rumah Kompos.
2.
Studi Pustaka
Informasi-infromasi yang dibutuhkan didapatkan melalui
pustaka berupa jurnal ilmiah, buku teks, dan website sebagai penunjang dalam
memperoleh data yang lengkap.
3.
Pengamatan langsung
Informasi berupa foto didapatkan melalui pengamatan
secara langsung (observasi) di Rumah Kompos.
3.2
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Tempat :
Rumah Kompos UNNES
Waktu Pelaksanaan :
28 November 2014
3.3
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang kami perlukan selama observasi di
antaranya alat tulis, daftar pertanyaan wawancara, dan kamera.
3.4
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yakni tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pengumpulan data.
1.
Tahap Persiapan
Menyiapkan segala sesuatu yang menunjang diadakannya
observasi seperti lembar wawancara, dan alat untuk mendokumentasikan kegiatan
dan peralatan untuk mengelola sampah yang ada di Rumah Kompos.
2.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari dua kegiatan utama yaitu
pada pengamatan dan wawancara.
a.
Pengamatan
Mengamati kegiatan pelatihan yang sedang berlangsung,
yaitu pelatihan pembuatan pupuk kompos.
b.
Wawancara
Melakukan wawancara kepada pengelola Rumah Kompos, Mas
Siswoyo terkait dengan pengelolaan sampah di Rumah Kompos.
3.
Tahap Pengumpulan
Data
Data observasi diperoleh dari :
a.
Hasil pengamatan
dan wawancara dengan pengelola Rumah Kompos mengenai pengelolaan sampah.
b.
Hasil dokumentasi
yang dilakukan selama proses observasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Rumah
Kompos
Rumah Kompos merupakan perwujudan salah satu pilar
konservasi UNNES yaitu waste management. Rumah
Kompos didirikan pada tahun 2010, diprakarsai oleh dosen Kimia beserta mahasiswinya
Eli Dwi Astuti, S.Si. pada saat itu. Pembuatan rumah kompos ini bermula dari
keprihatinan akan kurangnya pengolahan sampah yang melimpah di unnes. Kemudian
dibangunlah Rumah Kompos dengan merangkul mahasiswa untuk selanjutnya mengelola
Rumah Kompos secara bersama-sama. Tujuan awal berdirinya Rumah Kompos ada 4
yaitu untuk pendidikan, pengabdian, penelitian dan pengolahan. Sedangkan tujuan
utamanya adalah untuk membangun kesadaran akan pengolahan sampah, bahwa sampah
memiliki manfaat dan dapat bernilai ekonomis apabila dikelola dengan baik.
Rumah Kompos terletak di sebelah rusunawa putra UNNES.
Setiap minggunya, Rumah Kompos menerima satu tossa sampah yang kebanyakan
didominasi oleh sampah daun. Sampah daun tersebut kemudian diolah menjadi pupuk
kompos. Hasil produksi kompos saat ini sudah diperjual-belikan karena pupuk
kompos yang diproduksi di Rumah Kompos sudah lolos uji mutu, sehingga layak
untuk di komersilkan. Namun distribusi pemasaranya masih sebatas di UNNES saja.
Hasil produksi kompos saat ini hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan pupuk
kompos dalam UNNES saja. Hal tersebut dikarenakan karena adanya kendala pada
keterbatasan alat-alat untuk membuat pupuk kompos. Serta kondisi Rumah Kompos
yang terbilang sempit sehingga belum bisa menampung sampah daun dalam jumlah
lebih banyak.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka untuk meningkatkan
operasional, Rumah Kompos membuka pelatihan pengolahan sampah menjadi pupuk
kompos dan pupuk cair yang ditujukan untuk semua mahasiswa yang mengampu mata
kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Mereka yang ingin mengikuti pelatihan
kompos ini harus membayar biaya administrasi sebesar Rp 350.000,00 tiap
kelompok dengan anggota kelompok 20 orang. Biaya administrasi tersebut yang
nantinya digunakan untuk biaya operasional Rumah Kompos. Dalam pelatihan tersebut
mahasiswa diajak untuk turut serta dalam praktik langsung dalam pembuatan pupuk
kompos.
Pelatihan composting kepada mahasiswa
Pendidikan Lingkungan Hidup Universitas Negeri Semarang ini bertujuan agar
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) tersebut
mengetahui proses pembuatan pupuk kompos yang berasal dari sampah organik.
Dengan diadakan kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan mereka. Selain itu juga dikarenakan mahasiwa Pendidikan
Lingkungan Hidup merupakan kader konservasi UNNES sebagai Universitas
konservasi, sehingga di harapkan mahasiswa tersebut dapat memiliki kepedulian
terhadap lingkungan yang lebih tinggi, dan dapat menularkan pengetahuannya
kepada orang disekitarnya, sehingga ketika sudah lulus kelak mahasiswa
diharapkan bisa jadi pelopor atau penggerak masyarakat di daerah asalnya untuk
bersama-sama melestarikan lingkungan. Serta diharapkan pula agar mereka sadar
akan pentingnya pengolahan sampah lebih lanjut guna mengurangi sampah yang kian
hari semakin banyak akibat semakin banyaknya populasi yang ada. Mahasiswa UNNES
sebagai kader konservasi diharapkan sadar akan pentingnya konservasi dalam
berbagai hal, karena konservasi Universitas Negeri Semarang tidak akan berhasil
tanpa peran serta seluruh warganya termasuk mahasiswa.
Rumah Kompos tidak hanya mengolah sampah organik saka
melainkan juga sampah anorganik seperti plastik. Sampah plastik tersebut dapat
disulap menjadi aneka kerajinan yang menarik seperti sandal, dompet, tas dan
masih banyak lainya. Selain plastik, Rumah Kompos juga mengolah limbah kertas
untuk dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat seperti kotak pensil, tempat tisu
dan masih banyak lainya.
4.2 Pengolahan Sampah di Rumah
Kompos
Pengolahan sampah yang paling sering dilakukan dirumah kompos adahan
pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos dan pupuk cair.
Berikut adalah
langkah-langkah membuat pupuk kompos dengan standard Rumah Kompos:
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dalam pembuatan pupuk kompos
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.
Alat pencacah untuk mencacah daun
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
b.
Pengayak untuk memisahkan antara
pupuk kompos yang sudah halus (jadi) dan yang masih kasar dalam proses panen
c.
Gembor untuk menyiram kompos
dengan larutan EM4 setiap dua hari sekali untuk menjaga kelembaban pupuk kompos
d.
Timbangan untuk menakar komposisi
bahan untuk membuat pupuk kompos
e.
Bak kompos untuk menyimpan kompos
hingga panen
Sedangkan bahan yang diperlukan diantaranya:
a.
Sampah daun
b.
Kotoran kambing
c.
Bioaktivator (EM4)
2.
Menimbang daun dan kotoran
kambing dengan komposisi 3:2
3.
Membuat larutan EM4 dengan
melarutkan 2 tutup botol EM4 dengan 7 liter air
4.
Mencacah daun menggunakan alat
pencacah hingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
5.
Mencampur cacahan daun dengan
kotoran kambing kemudian disiram dengan larutan EM4 supaya lembab, lembab
disini adalah tidak terlihat kering dan tidak bash apabila dipegang
6.
Masukkan campuran tersebut
kedalam bak kompos selama dua minggu
7.
Selama dua minggu tersebut,
penyiraman EM4 dilakukan setiap dua hari sekali hingga hari ke-12 demi menjaga
kelembaban kompos
8.
Setelah dua minggu penyimpanan,
selanjutnya kompos diayak dengan mesin pengayak
9.
Pengepakan dan pupuk kompos
produksi Rumah Kompos siap dipasarkan
Untuk dapat
mengetahui apakah kompos sudah siap panen atau sudah jadi, dapat diperhatikan
beberapa indikator sebagai berikut:
a.
Tidak berbau
b.
Warna coklat kehitaman
c.
PH netral yaitu 7
d.
Suhu setara suhu ruangan ± 27o
C
e.
Kelembaban 40-50 %
Adapun hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk kompos adalah:
a.
Pupuk kompos tidak boleh terpapar
matahari secara langsung
b.
Tidak boleh terkena air hujan
c.
Pupuk kompos yang baik adalah
yang mengandung atom C (karbon) dan N (nitrogen) dengan perbandingan 1:25
hingga 1:35
Selain dapat
digunakan EM4 instan, dapat juga digunakan EM4 alami buatan sendiri. Adapun
cara sederhana untuk membuat EM4 alami adalah:
1.
Menyiapkan Alat dan ahan-bahan
yang diperlukan antara lain:
a. Botol bekas ukuran 1.5 lt
a. Botol bekas ukuran 1.5 lt
b.
Nasi basi ukuran sekitar 1/3
botol
c.
Gula jawa sekitar 5 sendok
d.
Air 1 liter/ secukupnya
2.
Memasukkan nasi basi ke dalam
botol bekas hingga sekitar 1/3 botol
3.
Menambahkan gula jawa sekitar 5
sendok makan. Gula jawa digunakan karena asumsi bahwa gula pasir mengandung
bahan kimia seperti pemutih dan sebagainya sedangkan gula jawa lebih alami
tanpa campuran bahan pengawet.
4.
Menambahkan air hingga volume
total 1 liter (botol penuh)
5.
Menghomogenkan larutan dengan
cara mengocoknya
Bioaktivator alami siap digunakan dalam 2 minggu
Pembuatan Pupuk Cair
Pupuk cair dapat dibuat menggunakan berbagai bahan
seperti sisa buah-buahan ataupun sisa sayur-sayuran. Langkahnya pun sangatlah
sederhana yaitu:
1.
Sisa satur atau buah dicacah
hingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
2.
Hasil pencacahan dimasukkan
kedalam karung kemudian di press dengan mesin pengepres hingga air sarinya
keluar
3.
Setelah itu, dimasukkan kedalam
botol lalu ditambahkan gula tetes tebu
4.
Campurkan dan diamkan selama 2
minggu, maka pupuk cair siap untuk digunakan
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rumah kompos merupakan bentuk perwujudan salah satu pilar konservasi UNNES
sebagai Universitas Konservasi yaitu pilar waste
management. Rumah kompos mengolah sebagian kecil sampah UNNES menjadi suatu
produk yang bermanfaat seperti pupuk kompos dari sampah daun dan lain-lain,
pupuk cair dari sampah sayur dan buah, kotak tisu dari sampah kertas dan dompet
dari sampah plastik. Pelatihan composting diberikan kepada mahasiswa bertujuan
agar mahasiswa sebagai kader konservasi sadar akan pentingnya pengolahan sampah
lebih lanjut guna mengurangi sampah yang kian hari semakin banyak akibat
semakin banyaknya populasi yang ada, sehingga mahasiswa memiliki kepedulian
terhadap lingkungan yang tinggi, dan dapat menularkan pengetahuannya kepada
orang disekitarnya, sehingga ketika sudah lulus kelak mahasiswa diharapkan bisa
jadi pelopor atau penggerak masyarakat di daerah asalnya untuk bersama-sama
melestarikan lingkungan. Serta diharapkan pula agar mahasiswa UNNES sebagai
kader konservasi sadar akan pentingnya konservasi dalam berbagai hal, karena
konservasi Universitas Negeri Semarang tidak akan berhasil tanpa peran serta
seluruh warganya termasuk mahasiswa.
5.2 Saran
A. Untuk
pihak Badan Konservasi UNNES
Rumah Kompos perlu sokongan lebih agar dapat semakin
berkembang. Alangkah baiknya apabila dilakukan perluasan Rumah kompos dan
penambahan alat composting agar rumah kompos dapat lebih produktif
B.
Untuk para Dosen
Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan
Hidup
Alangkah baiknya
apabila menyarankan mahasiswa yang diampunya untuk mengikuti pelatihan
composting di Rumah Kompos karena sanat bermanfaat serta agar para mahasiswa
lebih mengenal Rumah kompos
DAFTAR
PUSTAKA
E. Coling. 1986. Istilah Lingkungan Untuk Manajemen.
Hadiwiyono. 1983. Penerangan dan Pemanfaatan Sampah. Idayu:
Jakarta.
Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah
Mada University Press: Jogjakarta.
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment
Terimakasih Sudah Berkomentar Menggunakan Bahasa yang Halus