Blogger Widgets

Friday, January 2, 2015

Makalah Sistem Pendidikan Bilingual






Makalah


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pendidikan Sekolah Dasar

Dosen pengampu :      Kusnarto  Kurniawan, M.Pd, Kons

Edwindha. P.N, S.Pd, Kons


Oleh

 Arif Khalilu Rahman (1301413097)


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014



Bab I

Pendahuluan

1.1.  Latar Belakang Masalah

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa.

 Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat beberapa pendapat mengenai definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di sekolah-sekolah. Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms, dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat kaitannya dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh yang besar di luar kelas.

2.1.  Rumusan Masalah

2.1.1.      Apa pengertian program bilingual ?

2.1.2.      Bagaimana implementasi program bilingual ?

2.1.3.      Bagaimana model pembelajaran bilingual ?


2.2.  Tujuan

2.2.1.      Mahasiswa mengetahui pengertian program bilingual ?

2.2.2.      Mahasiswa mengetahui implementasi program bilingual ?

2.2.3.      Mahasiswa mengetahui model pembelajaran bilingual ?




Bab II

Pembahasan

2.1.      Pengertian program bilingual

Program bilingual merupakan program pembelajaran dua bahasa yang relatif baru dan marak diadakan oleh sekolah-sekolah pada saat sekarang. Program bilingual adalah sebuah rancangan dalam sistem pendidikan yang menggunakan atau menyangkut dua bahasa. Yang menjadi latar belakang adanya program bilingual ini adalah tuntutan kemajuan dan perkembangan informasi, komunikasi serta sarana transportasi yang tidak dapat dihindari lagi dampaknya.

Sistem bilingual merupakan sistem pembelajaran dwi bahasa, dimana dalam sistem pembelajaran ini bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa negara asal (dalam konteks ini adalah bahasa Indonesia) dan bahasa asing (bahasa Inggris). Sistem bilingual sendiri lahir seiring dengan kebutuhan akan pendidikan yang bermutu di era globalisasi, diharapkan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia mampu mencetak lulusan yang siap menghadapi era globalisasi dimana bahasa Inggris akan menjadi bahasa yang penting untuk dikuasai sebagai bahasa global.

Lahirnya sistem kelas bilingual pada beberapa sekolah ini adalah karena kebutuhan akan sistem pendidikan dengan taraf  yang lebih baik, sebagian besar orang berpikir bahwa sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang diterapkan di dunia barat. Jika kita perhatikan dalam kurun waktu  tahun terakhir mulai banyak berdiri sekolah-sekolah yang mengadopsi sistem pendidikan internasional.





Dampak positif dari penerapan sistem kelas bilingual :

  1. Siswa terbiasa menggunakan bahasa Inggris dalam kegiatan belajar dan di luar kegiatan belajar seperti ketika berkomunikasi dengan sesama siswa di kelas bilingual
  2. Siswa terbiasa mengerjakan latihan soal dengan pengantar dalam bahasa Inggris untuk mata pelajaran Matematika dan IPA
  3. Siswa memiliki wawasan yang luas tentang sistem pendidikan di era globalisasi seperti sistem pendidikan yang diterapkan di dunia barat
  4. Meningkatkan kualitas mental siswa dalam menghadapi era globalisasi

Dampak negatif dari penerapan sistem kelas bilingual :

  1. Timbulnya ketimpangan status sosial diantara siswa kelas bilingual dengan kelas regular, dimana secara umum siswa kelas bilingual memiliki kecenderungan hanya bergaul dengan sesama siswa bilingual
  2. Terbentuknya eksklusivisme kelas bilingual karena siswa kelas bilingual memiliki latar belakang status ekonomi yang secara umum berada di atas rata-rata, selain itu mereka juga merasa eksklusif ketika berkomunikasi dengan sesama siswa bilingual menggunakan bahasa Inggris
  3. Terjadi komersialisasi dalam dunia pendidikan karena siswa yang bisa menerima pelayanan dan fasilitas berstandar internasional adalah para siswa yang memiliki kemampuan ekonomi untuk membayar biaya pendidikan di kelas bilingual yang jauh lebih mahal dibanding kelas regular




2.2.      Implementasi program bilingual

Menurut Dharma, penyelenggaraan bilingual melalui beberapa tahap, pada tahun pertama menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris sebanyak 25 %, dan 75 %bahasa Indonesia. Pada tahun kedua bahasa pengantarnya masing-masing 50 % untuk bahasa Indonesia dan 50 % untuk bahasa Indonesia. Pada tahun ketiga bahasa pengantar menggunakan  75 % bahasa Inggris dan 25 % bahasa Indonesia. Model kelas bilingual yang berjenjang ini, menurut Lee (2008:85) disebut sebagai bilingual transitional education karena siswa tidak langsug diajar dengan menggunakan bahasa Inggris secara penuh tetapi bertahap, porsi bahasa Inggris makin lama makin besar. Model ini mengasumsikan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam mengajar dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam mengajar.

Untuk dapat melaksanakan konsep kelas bilingual ini ada beberapa syarata yang harus dipenuhi, antara lain :

1.      Substansi pembelajaran harus cocok dengan tingkat perkembangan kognitif dan kemempuan bahas a Inggris siswa.

2.      Sekolah harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk mendorong pemakaian bahasa yang bermakna baik tulis maupun lisan.

3.      Pembelajaran juga harus menekankan latihan pemecahan masalah dan siswa didorong untuk bekerja sama melelui tema-tema yang menarik dan menantang.


Dalam menjalankan proses belajar mengajar, guru bilingual harus mempunyai dua macam pengetahuan kebahasaan, yaitu pengetahuan tentang istilah tehnis (tehnical vocabulary) dalam mata pelajaran tertentu dan pengetahuan tentang tata bahas aInggris. Menerangkan yang terkandung dalam istilah – istilah tehnis mungkin bukan merupakan masalah yang terlalu berat karena guru sudah mempunyai latar belakang ilmu yang diajarkan. Ini merupakan kekuatan bagi guru bilingual. Yang perlu harus dikembangkan adalah pengetahuan tentang tata bahasa dan ketrampilan menggunakan bahasa Inggris baik untuk kepentingan umum (non-pedagogis) maupun untuk mengajarkan materi pelajaran (ketrampilan pedagogis).

Dalam mengajar, guru bilingual akan selalu mengadakan interaksi verbal dengan dengan siswa baik satu arah maupun dua arah. Dalam hubungan ini ada berbagai fungsi bahasa yang perlu dikuasai dalam mengajarkan materi (content knowledge), misalnya saja menjelaskan konsep, melaporkan kejadian tertentu, memberikan definisi, memberi intruksi, menjelaskan proses, mejelaskan klasifikasi, memberi contoh, menerangkan tabel, gambar, ilustrasi / grafik, membandingkan dua masalah , membuat kesimpulan dll (Gillet, 2007). Fungsi – fungsi bahasa seperti ini memerlukan transactional skills, yaitu ketrammpilan untuk menyampaikan informasi yang bersifat satu arah, interactional skills, yaitu ketrampilan untuk melakukan interaksi bahasa dua arah, misalnya dalam diskusi walaupun dalam bentuk sederhana, atau dalam menjawab pertanyaan atau memberikan feed back (Yule, 1997).

Manfaat pengajaran Bahasa Inggris yang berdasarkan pada content telah banyak dibahas didalam literature yang menunjukan keunggulan pendekatan ini dalam hubungannya dengan pemerolehan bahasa dan substansi mata pelajaran. Dalam pendekatan ini, tata bahasa tidak dapat diabaikan. Menurut Chin dan Wigglesworth (2007) Pemahaman suatu konsep dan pemerolehan bahasa dalam pembelajaran dapat terjadi jika siswa memperoleh bimbingan yang jelas tentang masalah kebahasaan dan konsep-konsep esensial dalam ilmu tertentu. Dengan kata lain, pemahaman konsep tidak dapat dipisahkan dari pemahaman tentang masalah kebahasaan. Oleh sebab itu, keterampilan menerangkan konsep dan tata bahasa merupakan syarat mutlak bagi guru bilingual.



2.3.      Model pembelajaran di kelas bilingual

            Sistem pembelajran yang konvensional yang bergantung pada papan tulis dan kapur dan dibatasi oleh ruang kelas yang statis tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung system pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu dirancang mode pembelajaran yang dapat mengakomodasi perkembangan tekhnologi agar pembelajaran dapat efektif dan kompetitif. Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1.      Interaksi kelas bilingual

Model ini menunjukan bahwa dalam kelas perlu ada 2 orang guru misalnya guru bahasa inggris yang bertanggung jawab mengajarkan masalah-masalah kebahasaan (Inggris) dan guru Matematika yang bertanggung jawab mengajarkan substansi pelajaran matematika. Bahan ajar dalam model ini sudah tentu harus dalam bahasa Inggris. Dalam pelakasanaan pembelajaran, konsep-konsep matematika diajarkan terlebih dahulu oleh guru Matematika dalam bahasa Indonesia dan beberapa kata dalam bahasa Inggris yang dikuasainya dengan baik. Sesudah itu guru Bahasa Inggris mengajarkan masalah kebahasaan dalam bahasa Inggris yang diperlukan untuk memahami bahan ajar Matematika dalam Bahasa inggris. Karena siswa sudah diajar konsep-konsep matematika, mereka sudah mempunyai pengetahuan ini dapat membantu pemahaman mereka untuk mengetahui bahan tersebut dalam bahasa inggris. Dengan model seperti itu, kelemahan guru matematika yaitu kurangnya kemampuan berbahasa inggris dan guru bahasa inggris tidak perlu lagi mengajar konsep-konsep matematika. Model ini dapat membantu siswa menguasai substansi mata pelajaran dan bahasa inggris secara bersama.

2.      Model Co-teaching

Menurut Liu (2008), co-teaching atau team teaching sekarang semakin popular karena beberapa penelitian menunjukan bahwa system ini menghasilkan kualitas pembelajaran yang bagus dan dapat mengembangkan keterampilan guru yang terlibat dalam proses pembelajaran. Sistem mengajar ini telah diterapkan dibanyak Negara, tidak hanya di Negara-negara barat tapi juga di Asia.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan team teaching, guru-guru yang terlibat mempunyai tanggung jawab dan status yang sama. Secara bersama-sama mereka mendesain perencanaan, mengadakan evaluasi dan bertanggung jawab kepada semua siswa dikelas. Guru bahasa Inggris dalam team teaching tidak lagi dianggap sebagai asisten guru mata pelajaran tetapi dianggap sebagai sumber pengetahuan, fasilitator, dan guru yang mempunyai status yang sama. Dengan kata lain, kedua guru secara efektif saling melengkapi satu sama lain.

Strategi pelaksanaan team-teaching harus juga dipersiapkan, antara lain:

a.       Persiapan

Dalam tahap ini, guru mata pelajaran dan guru bahasa inggris membicarakan bagaimana cara mengajar siswa secara efektif. Persiapan ini, bisa memerlukan beberapa pertemuan agar setiap guru memahami apa yang menjadi target pembelajaran dan memahami cirri-ciri pengajaran dalam tim dan mengembangkan rasa percaya diri. Oleh sebab itu, sangat penting membuat jadwal yang teratur untuk mengadakan pertemuan dan merencanakan unit-unit pelajaran :

(a)    Apa yang akan dikerjakan

(b)   Materi/sumber belajar

(c)    Peran dan tanggung jawab masing-masing guru

(d)   Bagaimana mengevaluasi belajar dengan baik

(e)    Bagaimana cara membantu siswa yang lemah dan perlu bantuan

Pada dasarnya, setiap guru dalam tim perlu menyadari pentingnya toleransi adanya perbedaan, mencari jalan untuk membuat perencanaan yang bermanfaat bagi siswa.



b.      Pelaksanaan

Dalam implementasinya, model team teaching memerlukan dukungan managerial dan administrative. Guru akan memerlukan waktu lebih banyak, program akan mempunyai dampak terhadap fasilitas mengajar, jadwal mengajar, dan dukungan financial dalam pengadaan alat dan sumber belajar. Keberhasilan team-teaching akan bergantung kepada manajemen sekolah yang harus mengambil langkah-langkah berikut:

(a)    Menciptakan kondisi kerja yang kondusif bagi guru

(b)   Membagi bahan mengajar secara proporsional

(c)    Bersama-sama dengan guru menciptakan kegiatan yang dapat membangun relasi yang harmonis dan produktif.

(d)   Membangun kesadaran yang kuat akan pentingnya kerja sama dalam menangani isu pendidikan dalam model team teaching agar terbetuk kondisi yang dapat mendukung keberhasilan program.

Rahasia keberhasilan terletak pada adanya  sikap terbuka dari guru dan cara menghindari konflik dalam team. Mereka melaksanakan peranya secara fleksibel, kadang – kadang sebagai asisten kadang – kadang sebagai guru utama dengan tetap berpedoman pada tujuan dan arah pembelajaran. Mereka percaya pada setiap guru harus bersedia untuk saling mendengarkan dan menerima saran satu sama lain, mempelajari masalah yang muncul, dan mencari win-win solution.


Daftar Pustaka





Newer Post Older Post Home

1 comments:

Post a Comment

Terimakasih Sudah Berkomentar Menggunakan Bahasa yang Halus