Blogger Widgets

Friday, January 2, 2015

Makalah Sistem Pendidikan Di Sekolah Dasar REGULAR




SEKOLAH DASAR REGULER

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pendidikan di SD

Dosen Pengampu : Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons


Oleh







JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014









KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun dengan sumber yang sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
            Tentu masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Baik dalam hal bahasa maupun penguasaan materi secara komprehensif. Kritik dan saran yang membangun diharapkan oleh penulis demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah yang telah kami buat dapat bermanfaat dengan baik, amin.









                                        Semarang, 16 Oktober 2014



Penulis


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR············································································ i
DAFTAR ISI······················································································· ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang················································································· 1
1.2 Rumusan Masalah············································································· 2
1.3 Tujuan··························································································· 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pendidikan Di SD····················································· 3
2.2 Pengertian model pembelajaran menurut para ahli······································ 3
2.3 Pengertian model pembelajaran secara umum··········································· 4
2.4 Model sistem pembelajaran SD reguler··················································· 4
2.5 Macam- macam  model pembelajaran reguler anak SD······························· 7
2.6 Tujuan pembelajaran reguler································································ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan························································································ 12
3.2 Saran····························································································· 12
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem merupakan suatu strategi atau cara berfikir, sedangkan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar agar pelajar di didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan di masyarakat. Jadi bisa disimpulkan bahwa sistem pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat. Sistem pendidikan tersubut bertujuan agar guru lebih inovatif dalam proses pembelajaran reguler di kelas. Sistem pendidikan di Sekolah Dasar adalah suatu keseluruhan antara komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan dasar.Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, secara umum pengertian sekolah dasar dapat kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. 
Model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain yang melukiskan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Diharapkan dengan adanya model pembelajaran itu, siswa SD dapat mengembangkan gaya belajar mereka di sekolah maupun di kelas sehingga dalam proses pembelajaran reguler mereka dapt mengikutinya dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah sistem pendidikan di seolah dasar?


1.2.2 Bagaimanakah model pembelajaran menurut para ahli?
1.2.3 Bagaimanakah model pembelajaran secara umum ?
1.2.4 Bagaimanakah model sistem pembelajaran SD reguler?
1.2.5 Bagaimanakah macam- macam  model pembelajaran reguler anak SD?
1.2.6 Bagaimanakah tujuan pembelajaran reguler       ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang sistem pendidikan di SD
1.3.2 Untuk mengetahui tentang model pembelajaran menurut para ahli
1.3.3 Untuk mengetahui tentang model pembelajaran secara umum
1.3.4 Untuk mengetahui tentang model sistem pembelajaran SD reguler
1.3.5Untuk mengetahui tentang macam- macam  model pembelajaran reguler anak SD
1.3.6 Untuk mengetahui tentang tujuan pembelajaran reguler










BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pendidikan di Sekolah Dasar
Sistem Pendidikan adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan. Sistem pendidikan di sekolah dasar adalah suatu keseluruhan antara komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu dan saling memepengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan dasar.
Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar.Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan dan pembelajaran dan secara umum pengertian sekolah dasar dapat kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia 7 tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya.Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik. 
2.2 Pengertian Model pembelajaran menurut para ahli
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dipahami sebagai :(1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yag dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan lansung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan interferensi-interferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan   realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan me-nunjukkan sifat bentuk aslinya.
Dengan demikian model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain yang melukiskan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
2.3 Pengertian Model Pembelajaran Secara Umum
Model pembelajaran adalah suatu rangkaian atau kesatuan antara pendekata, strategi, metode, dan taktik dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat juga diibaratkan sebagai bungkus  dari keempat hal tersebut,  juga dikatakan sebagai desain yang menggambarkan proses rincian dan  penciptaan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif  sehingga terjadi perubahan atau perkembangan diri.
2.4 Model Sistem Pembelajaran SD Reguler
Pengertian Program Reguler dalam kamus Bahasa Indonesia adalah teratur,  tetap atau biasa (Daryanto, 1997). Berdasarkan  pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan  kelas reguler adalah kelas yang secara umum diselenggarakan oleh sekolah-sekolah dengan sistem tetap atau biasa yang memberikan kepada siswa suatu metode pangajaran yang biasa dilaksanakan selama ini yang membutuhkan waktu tempuh pendidikan selama enam tahun di SD dan tiga tahun di SMP/SMU.
Pendidikan reguler merupakan pendidikan pada umumnya yang merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya unuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Unsur – unsur dalam pendidikan reguler antara lain:
1.      Peserta didik normal
2.      Kurikulum sama semua
3.      Tenaga guru tidak ada perbedaan
4.      Sarana dan prasarana seperti sekolah pada umumnya
5.      Lingkungan belajar dan proses pembelajarannya dirancang untuk anak normal.
Tujuan pendidikan reguler ini antara lain adalah:
1.      Kurikulum dapat disamakan
2.      Tidak ada perbedaan sarana dan prasarana.
Bentuk kelas reguler penuh adalah bentuk kelas yang berisi anak normal penuh dengan kurikulum yang sama tanpa perbedaan.
Kelebihan pendidikan reguler adalah sebagai berikut :
1.      Pendidikan reguler kurikulum sama seluruhnya.
2.      Pendidikan reguler semuaa siswanya normal.
3.      Guru tidak mesti berlatar pendidikan khusus anak berkebutuhan khusus.
4.   Sarana dan prasarananya tidak memerlukan biaya yang relative besar karena semuanya seragam
Kelemahan pendidikan reguler adalah:
1.  Peserta didik yang memiliki kelainan tidak dapat mengikuti pendidikan seperti peserta didik yang normal.
2. Sarana dan prasarana tidak memenuhi untuk peserta didik berkebutuhan khusus.
3. Gurunya tidak memiliki keprofesionalan menghadapi peserta didik berkebutuhan khusus.
Pembelajaran kelompok reguler adalah sistem pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik melalui pertemuan secara langsung (tatap muka secara kontinyu) antara peserta didik dengan tutor baik secara perorangan maupun secara kelompok yang dilaksanakan secara intensif dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan standar program paket C untuk mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional pendidikan kesetaraan.
Menurut Widyastono (2004) kelas reguler diselenggarakan berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Di dalam kelas reguler semua peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat perbedaan kemampuan mereka. Jika dibandingkan dengan program akselerasi,  ada beberapa perbedaan komponen dalam program reguler, antara lain :
a) Masukan (input)
Jika siswa yang mengikuti program akselerasi harus memenuhi beberapa kualifikasi tertentu dan melalui beberapa tahapan seperti prestasi belajar, yaitu nilai raport dan nilai ujian akhir nasional (UAN); skor psikotes, meliputi IQ minimal 125, kreativitas, tanggung jawab tugas dan emotional quotient; kesehatan jasmani dan persetujuan orang tua, maka siswa program reguler ini tidak terlalu direpotkan dengan seleksi dan tahapan seperti pada kelas akselerasi. Jika ujian akhir nasional (UAN) siswa dari sekolah asal sudah memenuhi standar nilai di sekolah tertentu, maka siswa tersebut dapat mengikuti program reguler.
b) Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan belajarmengajar (Undang-undang no 20 tahun 1989, dalam Hamali, 2001). Kurikulum program yang dipakai program pembelajaran akselerasi dan program pembelajaran reguler di Indonesia tidak berbeda. Kedua program menggunakan kurikulum nasional yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional ditambah kurikulum lokal yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah (Alsa, 2004). Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak pada umumnya, maka untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata,menurut Ward (dalam Munandar, 1999) perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi. Pendidikan berdiferensiasi yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi lamanya waktu belajar sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan.
c) Tenaga Kependidikan (guru) 
Guru yang unggul tidak hanya dibutuhkan oleh siswa akselerasi saja tetapi siswa reguler juga berhak dididik oleh guru yang unggul juga agar memperoleh pelayanan yang optimal karena guru merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan pendidikan. Bagi kelas reguler proses sosialisasi akan terlihat lebih luas karena di dalam kelas reguler siswa tidak hanya berkumpul dengan anak-anak yang memiliki kemampuan yang relatif sama sehingga dapat saling mengisi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, misal bagi siswa yang lebih pandai di dalam kelas dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai. Namun tidak selamanya hubungan sosial di dalam kelas reguler dapat berjalan dengan lancar, bila di dalam kelas tersebut anak yang pandai dianggap atau merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi sehingga anak yang merasa kurang pandai menjadi tidak percaya diri dengan kemampuannya, maka hubungan sosial mereka dapat terganggu dan dapat menghambat proses sosialisasinya.
2.5 Macam- Macam  Model Pembelajaran Reguler Anak Sekolah Dasar 
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan materi dan tingkat pendidikan yang dihadapi. Jika guru mengajar pada tingkat SMP/MTS, maka model pembelajaran yang digunakan pada anak sekolah dasar juga berbeda. Hal ini dikarenakan karena kebutuhan informasi dan psikologis juga berbeda.Model pembelajaran anak sekolah dasar biasanya lebih bersifat menyenangkan dan sifatnya masih bermain. Contoh model pembelajaran anak sekolah dasar adalah PAKEMI, CTL, Collaborative Learning, Quantum Learning,Cooperative Learning dan Emotional Learning. 
1) Pakemi 
Pakemi adalah singkatan dari pendidikan aktif kreatif dan menyenangkan islami. Model pembelajaran ini menuntut anak dapat bersikap aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang menyenangkan dan menambah nilai-nilai keislaman. Misalnya, belajar membaca guru menyiapkan teks membaca. Setiap anak mendapat satu paragraf. Kemudian, anak menempelnya pada kertas warna-warni dan membacanya. Kemudian, menjawab pertanyaan yang yang menyertai. Teks  yang dibaca dapat berhubungan dengan keislaman.
2) CTL
CTL atau Contekstual Teaching Learning adalah sebuah pembelajaran yang terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu kontruksivisme, inkuri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian. Metode ini menuntut anak berfikir kreatif dengan membangun sendiri materi yang dia dapatkan. CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Metode ini dapat diterapkan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar. Misalnya materi menentukan perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil. 
3) Metode Collaborative Learning
Metode Collaborative Learning atau belajar collaborative merupakan kegiatan kelompok yang bekerja sama dalam memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seorang guru memberikan tugas kelompok berwawancara dengan  tokoh masyarakat.Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membagi peran dalam kelompok, misalnya ada yang bertugas membawa alat perekam, bertanya, dan mencatat hasilwawancara. Kedua, setelah mendapatkan hasilnya, semua anggota bertanggung jawab dalam laporan tersebut. 
Metode ini memiliki beberapa manfaat ,yaitu :
a. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena sering berinteraksi sesama anggota akan menambah penguasaan konsep.
b. Siswa akan belajar memecahkan masalah dalam kelompok.
c. Memupuk kebersamaan antar siswa.
4) Metode Quantum Learning
Metode Quantum Learning atau belajar kuantum merupakan metode yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah yang paling sulit dipecahkan disekolah, yaitu kebosanan siswa. Agus Nurwanto (2002) mengatakan bahwa metode ini merupakan penjelasan bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapatkan hasil yang sama dengan kecepatan udara.Metode ini sudah terangkum dalam sebuah buku. Dalam buku tersebut disajikan cara-cara belajar efektif. Contoh dari metode ini adalah siswa diajak untuk mengetahui tipe  belajarnya. Metode ini harus disajikan guru dengan menarik dan menyenagkan sehingga siswa merasa nyaman. Metode ini sangat penting diterapkan pada awal pembelajaran. Untuk mengetahui daya serap anak dalam memperoleh informasi yang paling ceapat. Apakah tipe belajar visual atau auditorial.Hal ini penting bagi guru karena dapat menjadi landasan dalam menerangkan materi kepada murid. Jika mayoritas siswa tipe belajarnya adalah visual maka dalam menyampaikan materi guru dapat banyak menggunakan tampilan atau gambar yang menarik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
Metode ini mempunyai beberapa manfaat. Pertama, suasana kelas menyengkan sehingga siswa bersemangat dalam tipe belajar. Kedua, siswa dapat belajar sesuai gaya dan tipe masing-masing. Ketiga, meningkatkan konsentrasi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
5) Metode Cooperative Learning 
Metode cooperative Learning atau belajar kooperatif, metode yang mengajak semua anggota kelompok untuk berperan aktif dalam menyelesaikan tugas tertentu sehingga tidak menimbulkan gejalaketergantungan pada anggota lain. 
Salah satu bentuk pembelajaran ini adalah jigsaw ahli. Dalam pembelajaran ini, siswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil. Setelah itu, diberi sebuah masalah yang berbeda tiap kelompoknya. Setelah dibahas dalam kelompok kecil, kemudian dipecah dan dipindah ke kelompok yang baru agar dapat saling bertukar informasi. Tiap anggota menyampaikan informasi sesuai dengan kelompok sebelumnya. Setelah itu, kembali ke kelompok kecil serta membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang telah diperoleh. 
Manfaat metode cooperative learning atau belajar kooperatif, yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan siswa,
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar,
c. Meningkatkan hubungan sosial anak didik,
d. Siswa dapat tampil lebih mandiri karena tidak bisa bergantung pada anggota kelompok lain.
6) Belajar Emosional Learning
Emosi merupakan kata yang berasal dari movere kata kerja bahasa latin yang berarti “menggerakan,bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman 1995:7). Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai ‘setiap kegiatan atau pergolakan pikiran ,perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap (Goleman 1995:410). Sedangkan pengertian emosional menurut Sudarso (Leni 1999) adalah : berakar dari kata emosi, diartikan sebagai suatu kecenderungan sikap yang emosi untuk melihat atau menafsirkan sesuatau yang dapat dilihat oleh indra mata atau fakta-fakta, kondisi perasaan yang berubah-ubah disertai perubahan-perubahan emosi terutama perubahan yang menimbulkan suatu gambaran yang bersifat khusus dan dapat disaksikan dari luar.
2.6 TUJUAN PEMBELAJARAN REGULER
Tujuan Pembelajaran Reguler :
a) Mengurangi keragaman kecepatan belajar dari peserta didik agar mencapai suatu tingkat pencapaian kompetensi 
b) Meningkatkan kualifikasi akademik peserta didik
c) Memberikan pelajaran secara reguler bagi mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan
d) Mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan bersifat sama untuk semua murid






BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendidikan reguler merupakan pendidikan pada umumnya yang merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya unuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

3.2 Saran
Setelah mengetahui tentang model pembelajaran reguler maka sebagai pendidik harus bisa mempraktikkannya sesuai standar. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan maka dapat diminimalisir dengan usaha kreatif dari pendidik dan peserta didik.
















DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Syah, muhibbin.2006. psikologi belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tri Anni, Chatarina.2006. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press



Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih Sudah Berkomentar Menggunakan Bahasa yang Halus