Makalah
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pendidikan Sekolah Dasar
Dosen
pengampu : Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons
Edwindha. P.N, S.Pd, Kons
Oleh
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
Bab
I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa.
Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat beberapa pendapat mengenai definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di sekolah-sekolah. Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms, dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat kaitannya dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh yang besar di luar kelas.
2.1. Rumusan
Masalah
2.1.1. Apa
pengertian program bilingual ?
2.1.2. Bagaimana
implementasi program bilingual ?
2.1.3. Bagaimana
model pembelajaran bilingual ?
2.2. Tujuan
2.2.1. Mahasiswa
mengetahui pengertian program bilingual ?
2.2.2. Mahasiswa
mengetahui implementasi program bilingual ?
2.2.3. Mahasiswa
mengetahui model pembelajaran bilingual ?
Bab
II
Pembahasan
2.1. Pengertian program bilingual
Program
bilingual merupakan program pembelajaran dua bahasa yang relatif baru dan marak
diadakan oleh sekolah-sekolah pada saat sekarang. Program bilingual adalah
sebuah rancangan dalam sistem pendidikan yang menggunakan atau menyangkut dua
bahasa. Yang menjadi latar belakang adanya program bilingual ini adalah
tuntutan kemajuan dan perkembangan informasi, komunikasi serta sarana
transportasi yang tidak dapat dihindari lagi dampaknya.
Sistem bilingual merupakan
sistem pembelajaran dwi bahasa, dimana dalam sistem pembelajaran ini bahasa
pengantar yang digunakan adalah bahasa negara asal (dalam konteks ini adalah
bahasa Indonesia) dan bahasa asing (bahasa Inggris). Sistem bilingual sendiri
lahir seiring dengan kebutuhan akan pendidikan yang bermutu di era globalisasi,
diharapkan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia mampu mencetak lulusan yang
siap menghadapi era globalisasi dimana bahasa Inggris akan menjadi bahasa yang
penting untuk dikuasai sebagai bahasa global.
Lahirnya sistem
kelas bilingual pada beberapa sekolah ini adalah karena
kebutuhan akan sistem pendidikan dengan taraf yang lebih baik, sebagian
besar orang berpikir bahwa sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan
yang diterapkan di dunia barat. Jika kita perhatikan dalam kurun waktu
tahun terakhir mulai banyak berdiri sekolah-sekolah yang mengadopsi sistem
pendidikan internasional.
Dampak
positif dari penerapan sistem kelas bilingual :
- Siswa terbiasa menggunakan bahasa
Inggris dalam kegiatan belajar dan di luar kegiatan belajar seperti ketika
berkomunikasi dengan sesama siswa di kelas bilingual
- Siswa terbiasa mengerjakan latihan
soal dengan pengantar dalam bahasa Inggris untuk mata pelajaran Matematika
dan IPA
- Siswa memiliki wawasan yang luas
tentang sistem pendidikan di era globalisasi seperti sistem pendidikan
yang diterapkan di dunia barat
- Meningkatkan kualitas mental siswa
dalam menghadapi era globalisasi
Dampak
negatif dari penerapan sistem kelas bilingual :
- Timbulnya ketimpangan status sosial
diantara siswa kelas bilingual dengan kelas regular,
dimana secara umum siswa kelas bilingual memiliki
kecenderungan hanya bergaul dengan sesama siswa bilingual
- Terbentuknya eksklusivisme kelas
bilingual karena siswa kelas bilingual memiliki latar
belakang status ekonomi yang secara umum berada di atas rata-rata, selain
itu mereka juga merasa eksklusif ketika berkomunikasi dengan sesama
siswa bilingual menggunakan bahasa Inggris
- Terjadi komersialisasi dalam dunia
pendidikan karena siswa yang bisa menerima pelayanan dan fasilitas
berstandar internasional adalah para siswa yang memiliki kemampuan ekonomi
untuk membayar biaya pendidikan di kelas bilingual yang
jauh lebih mahal dibanding kelas regular
2.2. Implementasi program bilingual
Menurut
Dharma, penyelenggaraan bilingual melalui beberapa tahap, pada tahun pertama
menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris sebanyak 25 %, dan 75 %bahasa
Indonesia. Pada tahun kedua bahasa pengantarnya masing-masing 50 % untuk bahasa
Indonesia dan 50 % untuk bahasa Indonesia. Pada tahun ketiga bahasa pengantar
menggunakan 75 % bahasa Inggris dan 25 %
bahasa Indonesia. Model kelas bilingual yang berjenjang ini, menurut Lee
(2008:85) disebut sebagai bilingual transitional education karena siswa tidak
langsug diajar dengan menggunakan bahasa Inggris secara penuh tetapi bertahap,
porsi bahasa Inggris makin lama makin besar. Model ini mengasumsikan
pengetahuan dan ketrampilan guru dalam mengajar dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia dalam mengajar.
Untuk
dapat melaksanakan konsep kelas bilingual ini ada beberapa syarata yang harus
dipenuhi, antara lain :
1. Substansi
pembelajaran harus cocok dengan tingkat perkembangan kognitif dan kemempuan
bahas a Inggris siswa.
2. Sekolah
harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk mendorong
pemakaian bahasa yang bermakna baik tulis maupun lisan.
3. Pembelajaran
juga harus menekankan latihan pemecahan masalah dan siswa didorong untuk
bekerja sama melelui tema-tema yang menarik dan menantang.
Dalam menjalankan proses belajar
mengajar, guru bilingual harus mempunyai dua macam pengetahuan kebahasaan,
yaitu pengetahuan tentang istilah tehnis (tehnical vocabulary) dalam mata
pelajaran tertentu dan pengetahuan tentang tata bahas aInggris. Menerangkan
yang terkandung dalam istilah – istilah tehnis mungkin bukan merupakan masalah
yang terlalu berat karena guru sudah mempunyai latar belakang ilmu yang
diajarkan. Ini merupakan kekuatan bagi guru bilingual. Yang perlu harus
dikembangkan adalah pengetahuan tentang tata bahasa dan ketrampilan menggunakan
bahasa Inggris baik untuk kepentingan umum (non-pedagogis) maupun untuk
mengajarkan materi pelajaran (ketrampilan pedagogis).
Dalam mengajar, guru bilingual akan
selalu mengadakan interaksi verbal dengan dengan siswa baik satu arah maupun
dua arah. Dalam hubungan ini ada berbagai fungsi bahasa yang perlu dikuasai
dalam mengajarkan materi (content knowledge), misalnya saja menjelaskan konsep,
melaporkan kejadian tertentu, memberikan definisi, memberi intruksi,
menjelaskan proses, mejelaskan klasifikasi, memberi contoh, menerangkan tabel,
gambar, ilustrasi / grafik, membandingkan dua masalah , membuat kesimpulan dll
(Gillet, 2007). Fungsi – fungsi bahasa seperti ini memerlukan transactional
skills, yaitu ketrammpilan untuk menyampaikan informasi yang bersifat satu
arah, interactional skills, yaitu ketrampilan untuk melakukan interaksi bahasa
dua arah, misalnya dalam diskusi walaupun dalam bentuk sederhana, atau dalam
menjawab pertanyaan atau memberikan feed back (Yule, 1997).
Manfaat pengajaran
Bahasa Inggris yang berdasarkan pada content telah banyak dibahas didalam
literature yang menunjukan keunggulan pendekatan ini dalam hubungannya dengan
pemerolehan bahasa dan substansi mata pelajaran. Dalam pendekatan ini, tata
bahasa tidak dapat diabaikan. Menurut Chin dan Wigglesworth (2007) Pemahaman
suatu konsep dan pemerolehan bahasa dalam pembelajaran dapat terjadi jika siswa
memperoleh bimbingan yang jelas tentang masalah kebahasaan dan konsep-konsep
esensial dalam ilmu tertentu. Dengan kata lain, pemahaman konsep tidak dapat
dipisahkan dari pemahaman tentang masalah kebahasaan. Oleh sebab itu,
keterampilan menerangkan konsep dan tata bahasa merupakan syarat mutlak bagi
guru bilingual.
2.3.
Model pembelajaran di kelas bilingual
Sistem pembelajran yang konvensional
yang bergantung pada papan tulis dan kapur dan dibatasi oleh ruang kelas yang
statis tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung system pembelajaran. Oleh sebab
itu, perlu dirancang mode pembelajaran yang dapat mengakomodasi perkembangan
tekhnologi agar pembelajaran dapat efektif dan kompetitif. Model tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Interaksi
kelas bilingual
Model
ini menunjukan bahwa dalam kelas perlu ada 2 orang guru misalnya guru bahasa
inggris yang bertanggung jawab mengajarkan masalah-masalah kebahasaan (Inggris)
dan guru Matematika yang bertanggung jawab mengajarkan substansi pelajaran
matematika. Bahan ajar dalam model ini sudah tentu harus dalam bahasa Inggris.
Dalam pelakasanaan pembelajaran, konsep-konsep matematika diajarkan terlebih
dahulu oleh guru Matematika dalam bahasa Indonesia dan beberapa kata dalam
bahasa Inggris yang dikuasainya dengan baik. Sesudah itu guru Bahasa Inggris
mengajarkan masalah kebahasaan dalam bahasa Inggris yang diperlukan untuk
memahami bahan ajar Matematika dalam Bahasa inggris. Karena siswa sudah diajar
konsep-konsep matematika, mereka sudah mempunyai pengetahuan ini dapat membantu
pemahaman mereka untuk mengetahui bahan tersebut dalam bahasa inggris. Dengan
model seperti itu, kelemahan guru matematika yaitu kurangnya kemampuan
berbahasa inggris dan guru bahasa inggris tidak perlu lagi mengajar
konsep-konsep matematika. Model ini dapat membantu siswa menguasai substansi
mata pelajaran dan bahasa inggris secara bersama.
2. Model
Co-teaching
Menurut Liu
(2008), co-teaching atau team teaching sekarang semakin popular
karena beberapa penelitian menunjukan bahwa system ini menghasilkan kualitas
pembelajaran yang bagus dan dapat mengembangkan keterampilan guru yang terlibat
dalam proses pembelajaran. Sistem mengajar ini telah diterapkan dibanyak Negara,
tidak hanya di Negara-negara barat tapi juga di Asia.
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan team
teaching, guru-guru yang terlibat mempunyai tanggung jawab dan status yang
sama. Secara bersama-sama mereka mendesain perencanaan, mengadakan evaluasi dan
bertanggung jawab kepada semua siswa dikelas. Guru bahasa Inggris dalam team teaching tidak lagi dianggap
sebagai asisten guru mata pelajaran tetapi dianggap sebagai sumber pengetahuan,
fasilitator, dan guru yang mempunyai status yang sama. Dengan kata lain, kedua
guru secara efektif saling melengkapi satu sama lain.
Strategi
pelaksanaan team-teaching harus juga dipersiapkan, antara lain:
a. Persiapan
Dalam tahap ini,
guru mata pelajaran dan guru bahasa inggris membicarakan bagaimana cara
mengajar siswa secara efektif. Persiapan ini, bisa memerlukan beberapa
pertemuan agar setiap guru memahami apa yang menjadi target pembelajaran dan
memahami cirri-ciri pengajaran dalam tim dan mengembangkan rasa percaya diri.
Oleh sebab itu, sangat penting membuat jadwal yang teratur untuk mengadakan
pertemuan dan merencanakan unit-unit pelajaran :
(a) Apa
yang akan dikerjakan
(b) Materi/sumber
belajar
(c) Peran
dan tanggung jawab masing-masing guru
(d) Bagaimana
mengevaluasi belajar dengan baik
(e) Bagaimana
cara membantu siswa yang lemah dan perlu bantuan
Pada dasarnya,
setiap guru dalam tim perlu menyadari pentingnya toleransi adanya perbedaan,
mencari jalan untuk membuat perencanaan yang bermanfaat bagi siswa.
b. Pelaksanaan
Dalam
implementasinya, model team teaching
memerlukan dukungan managerial dan administrative. Guru akan memerlukan waktu
lebih banyak, program akan mempunyai dampak terhadap fasilitas mengajar, jadwal
mengajar, dan dukungan financial dalam pengadaan alat dan sumber belajar.
Keberhasilan team-teaching akan bergantung kepada manajemen sekolah yang harus
mengambil langkah-langkah berikut:
(a) Menciptakan
kondisi kerja yang kondusif bagi guru
(b) Membagi
bahan mengajar secara proporsional
(c) Bersama-sama
dengan guru menciptakan kegiatan yang dapat membangun relasi yang harmonis dan
produktif.
(d) Membangun
kesadaran yang kuat akan pentingnya kerja sama dalam menangani isu pendidikan
dalam model team teaching agar
terbetuk kondisi yang dapat mendukung keberhasilan program.
Rahasia
keberhasilan terletak pada adanya sikap
terbuka dari guru dan cara menghindari konflik dalam team. Mereka melaksanakan
peranya secara fleksibel, kadang – kadang sebagai asisten kadang – kadang
sebagai guru utama dengan tetap berpedoman pada tujuan dan arah pembelajaran.
Mereka percaya pada setiap guru harus bersedia untuk saling mendengarkan dan
menerima saran satu sama lain, mempelajari masalah yang muncul, dan mencari win-win solution.
Daftar Pustaka
1 comments:
ka bagaimana cara fail ini kita dowload
Post a Comment
Terimakasih Sudah Berkomentar Menggunakan Bahasa yang Halus